Penjarahan dan Perusakan Kebun Teh PTPN VIII Regional 2 Malabar, Oknum Tak Bertanggung Jawab Dikecam

Penjarahan dan Perusakan Kebun Teh PTPN VIII Regional 2 Malabar, Oknum Tak Bertanggung Jawab Dikecam

Smallest Font
Largest Font

JABARONLINE.COM-- Kebun teh PTPN VIII Regional 2 Malabar Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung, khususnya di blok area Pahlawan, mengalami aksi penjarahan dan perusakan yang diduga dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Kejadian ini sangat disayangkan, mengingat kebun teh merupakan aset negara yang harus dijaga demi kesejahteraan masyarakat sekitar.

Asisten Tata Usaha PTPN VIII Malabar, Iskandar Kurniawan, menyatakan keprihatinannya terhadap peristiwa ini.

"Saya sangat menyayangkan kejadian ini. Ada oknum yang merusak fasilitas negara dengan mengatasnamakan masyarakat. Masyarakat yang mana? Jika benar mereka adalah masyarakat, seharusnya mereka tidak merusak aset yang juga menjadi sumber kehidupan mereka sendiri," ujarnya saat di temui di kantor PTPN tempat Kerjanya Senin (20/01/2025).

Ia menambahkan bahwa kebun teh merupakan tempat mata pencaharian bagi banyak warga sekitar, termasuk para pekerja yang menggantungkan hidup sebagai pemetik teh.

"Karyawan kebun juga bagian dari masyarakat yang mencari nafkah di sini. Kami hanya diberi amanah untuk mengelola aset negara ini, sementara banyak warga yang bergantung pada perkebunan teh untuk kehidupan mereka," tambahnya.

Iskandar juga menyoroti dampak buruk yang bisa terjadi jika kebun teh terus dirusak. "Bayangkan jika di Pangalengan ini tidak ada kebun teh, apa yang akan terjadi? Jika semua lahan dijadikan perkebunan pribadi tanpa memperhatikan lingkungan, banjir dan bencana pasti akan terjadi. Saya yakin akibat dari perbuatan ini akan ada konsekuensi, baik dari sisi hukum maupun alam," katanya dengan nada prihatin.

Menurutnya, jika ada kebutuhan lahan pertanian, masyarakat seharusnya bisa berkomunikasi dengan baik tanpa harus merusak aset negara.

"Kenapa harus merusak? Kan bisa dibicarakan baik-baik. Lagipula, seandainya banyak di antara Keluarga mereka yang bekerja di kebun ini, Pasti keluarga mereka juga bergantung pada kebun teh," tuturnya.

Pihak PTPN VIII sebenarnya telah melakukan langkah antisipasi dengan menyiagakan petugas keamanan.

Namun, aksi perusakan terus terjadi dengan pola "kucing-kucingan," di mana saat petugas berjaga di satu titik, aksi perusakan dilakukan di titik lainnya. "Kami sudah berusaha melakukan penjagaan, tetapi mereka selalu mencari celah untuk merusak," ujar Iskandar.

Ia juga mencurigai adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan lebih besar. "Dugaan kami ada pemodal di balik semua ini. Para pelaku di lapangan mungkin hanya buruh yang disuruh, apalagi mereka menggunakan alat berat. Hal ini semakin memperkuat dugaan kami bahwa ada aktor intelektual di belakangnya," tambahnya.

Lebih lanjut, dari hasil penelusuran sementara, terungkap bahwa para pelaku diduga bukan penduduk setempat, melainkan berasal dari daerah lain. "Informasi yang kami terima, mereka berasal dari luar daerah," ungkap Iskandar.

Pihak PTPN VIII telah melaporkan kejadian ini kepada pihak berwajib untuk proses hukum lebih lanjut. Iskandar berharap pihak desa juga ikut berperan dalam menjaga kelestarian kebun teh. "Kami berharap perangkat desa turut serta menjaga kebun teh ini karena selain sebagai aset negara, perkebunan ini juga memiliki fungsi konservasi yang sangat penting," harapnya.

Kerugian akibat aksi perusakan ini diperkirakan mencakup sekitar 15 hektare lahan yang tersebar di beberapa area, termasuk blok Pahlawan, Cibuntu, dan Cisaladah.

"Kami hanya ingin semua pihak menyadari pentingnya menjaga kebun teh ini. Jangan sampai aset negara yang sudah memberikan banyak manfaat dirusak begitu saja," pungkas Iskandar.***

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Dera RG Author